sedih sih, tapi bisa dilewatin kok....

Good day gengs!

#Dia
Seperti pada hari-hari biasanya, gue melihat dia di kantor. Sosoknya sangat jelas dan mencuri perhatian karena sikapnya yang menonjol, supel cenderung bad boy. Berbekal pengalaman mengenal sifat lelaki selama hampir 6 tahun berada di lingkungan dengan minoritas perempuan, gue yakin laki-laki ini adalah bakal calon temen yang asik. Tiap papasan, belum ada sapaan karena belum kenalan. Beberapa kali gue senyum-senyum aja ngarep diajak kenalan dan terus temenan. Sayang sekali ga kejadian, yaudah pasrah. 

Hari itu, gue yakin adalah hari terbaik dalam hidup gue. Kesempatan kesekian gue bisa papasan sama sosok dia yang gue yakin didirinya ada banyak kesamaan sama diri gue. Saat itu gue antri ambil minum di belakang dia, sayang sekali dia tidak menoleh bahkan menyapa sedikitpun. Dia pergi begitu saja setelah cangkirnya penuh, kemudian menjauh. Tiba-tiba gue mendengar suara,

Dia: "suka green tea gak?"
Gue: (tentu saja gue menoleh ke sumber suara, meskipun gue ga yakin itu buat gue) "hah?"
Dia: "suka green tea?"
Gue: "suka"
Dia: "oke besok dibawain"

Dengan adanya percakapan pertama nan singkat itu, hati gue sedikit lega. Akhirnya diajak ngobrol juga meski belum kenalan, oke gue ga berharap lebih apalagi ngajak kenalan duluan, gue lupakan apa yang dia janjikan meskipun gue yakin dia adalah tipe yang bertujuan.

Hari-hari berikutnya, beberapa kali papasan sama dia, topik green tea ini selalu dibawa. Dia selalu bilang lupa bawa green tea dan gue selalu menjawab gapapa. Setelahnya, tiap mau papasan, gue ngarep disapa, padahal ada beberapa kali papasan, dia ga nyapa sama sekali dan ga ngerasa gue ada di depan dia. Yasudah, ga masalah.

#Ibu
Pada suatu kesempatan lain, gue ngobrol heart to heart sama sosok perempuan dewasa sebut saja Ibu. Topiknya banyak, dari diet, kerjaan, kesehatan, olahraga dan tentu saja jodoh. Ibu ini sangat tidak mendukung cita-cita gue buat nikah secepatnya (padahal belum ada calon). Meskipun begitu, gue tetep minta cariin Ibu jodoh :).

Sore itu, dia berada di kubikel Ibu, ngobrol cukup lama dan hangat. Gue si pemerhati dia, udah liat dari awal dia duduk disitu dan tentu saja memantau dari jauh. Ketika gue lagi sangat fokus kerja sambil mendengarkan lagu pake headset, gue mendengar nama gue dipanggil,

Ibu: "Karunika mana?"

Semua orang menoleh ke arah gue. Gue berdiri melihat Ibu sudah berada diluar kubikelnya yang masih jauh dari meja gue. Kebayang kan si Ibu teriaknya segede apa, padahal jauh tapi masih masuk ke kuping berheadset gue. 

Ibu: "Kamu udah kenalan sama dia belum?"

Tidak mau obrolan ini dinikmati banyak orang, gue nyamperin Ibu dengan sosok dia terduduk di kursi. 

Ibu: "Kenalan dulu nih. Tadi dia cerita sama Ibu, dia ngutang green tea ya sama kamu tapi belum dibawain. Nih katanya kamu minta dicariin yang single. Ini dia single, baik lagi. Kamu sih gamau Ibu jodohin sama yang di bawah. Udah sama ini aja"
Gue: (menjabat tangan dia, kenalan)
Dia: (menyambut tangan gue, kenalan)

Kemudian gue dan dia awkward karena si Ibu menjauh untuk angkat telpon. Tanpa pikir panjang, gue pamit ke dia untuk balik ke meja, lanjut kerja.

Ini lebih dari apa yang gue harapkan, bahkan cenderung menggelitik. Gue murni mau temenan sama dia karena dia temen yang terlihat asik. Apa daya, gue dikenalin sebagai perempuan single yang nyari cowo single. Semuanya berbeda dari skenario karena dia membahas gue dengan si Ibu. Mungkin ini rencana Tuhan, memberikan lebih dari apa yang diminta.

Sorenya gue berjalan meninggalkan ruangan untuk pulang dan tentu saja melewati meja dia. Singkat cerita dia berhasil dapet nomer hape gue. Percakapannya lumayan panjang, karena gue menjaga diri gue untuk ga ngasih nomer hape tapi dengan kalimat-kalimat dan tindakan dia, ditambah banyak orang nimbrung dengan obrolan kita, yaudah gue bahkan ngetik sendiri nomer hape gue di hapenya, menjaga kesopanan dengan senior.

Malamnya, dia langsung chat. Percayalah saat itu gue super excited. Harapan gue membumbung tinggi meski tetap ada rasa khawatir disana. Hari kedua masih tetep chat. Kesibukan gue dan dia mengantarkan kita pada situasi yang gak bisa ngobrol langsung di kantor bahkan papasan aja jarang. Chat ketiga di hari keempat. Saat itu gue mendapat suatu musibah, kemudian dia langsung telpon. Untuk pertama kalinya ada obrolan langsung antara gue dan dia, bener-bener kaya udah akrab lama dan super menenangkan. Gue rada kaku tp gue lancar bilang gue gapapa, gausah khawatir dan dia pun sebaliknya, mengingatkan gue untuk selalu berhati-hati. Sesaat setelah tutup telpon itu, gue memutuskan untuk memperjuangkan dia. 

Hari itu gue terlalu lelah, tidur ga nyenyak jadi kebangun jam 3, memutuskan untuk solat dan berdoa. Berdoa kala itu adalah pertama kalinya gue mengganti apa yang gue minta sama tuhan karena selama ini yang gue minta 50% bertolak belakang sama sosok dia. Gimanapun gue gamau menolak, jadi doanya gue bikin universal biar sosok dia termasuk didalamnya.

Setelah solat, tetep gabisa tidur. Baiklah hati gue masih penuh bunga-bunga, gue membaca ulang chat terakhir dia. Merasa masih kurang puas, gue membuka sosial medianya, melihat beberapa fotonya. Entah kenapa gue tergerak untuk membuka akun-akun perempuan yang komen difotonya. Sampai pada akhirnya gue melihat komen dia di foto salah satu perempuan. Komen yang sedikit membuat gue terpana, karena dia menulis kata "sayang" untuk memanggil perempuan itu. Komen itu tertulis pada sore hari, sebelum malamnya gue memutuskan untuk memperjuangkan dia......

bersambung.....


sedang ingin melepaskan semua,


karunika.


Comments

Popular posts from this blog

My life directly is directed by the Director..

Renjana.

rokok itu jahat