A Memory

 Day 3.


A memory.

Saat ini semua orang berharap fase pandemik bisa segera lewat dan menjadi memori akhirnya. So im gonna share my (wish) one and only memory yang akan selalu ku ingat selama pandemik ini.

Sehabis tes cpns di pagi hari, malam harinya aku harus membawa banyak perlengkapan untuk rawat inap omku di rumah sakit. Long story short, beliau suspect covid dengan segala gejala yang ada meskipun hasil swab belum keluar. Aku menunggu di lorong igd sampai hampir jam 1 malam. Selama itu, kami para penunggu pasien dihadapkan pada lalu lalang ambulan, pasien rujukan yang dijaga ketat pasukan APD lengkap sampai keranda jenazah yang wafat di igd. Tidak ada pilihan lain selain menjadi kuat. Pemandangan yang jika dibayangkan lagi, ngeri.

Jam 1 malam, omku dibawa ke ruang isolasi untuk dirawat. Gejala beliau sudah tidak berat, tergolong ringan sampai sedang. Aku berjalan mengikuti omku yang didorong oleh perawat ber-APD. Perjalanan dari igd ke ruangan ini pun tidak membuat tenang. Melewati sky walk panjang, gelap dan hanya kami ber 5. Surat persetujuan sudah ditandatangani, omku masuk ke pintu besi yang di dalamnya ada beberapa ruangan rawat inap. Kami pulang.

Hari-hari berikutnya dipenuhi oleh kegiatan antar barang sampai depan pintu besi atau mengambil pakaian kotor. Sedangkan barang didistribusikan ke dalam ruang rawat inap oleh suster ber-APD. Kami bisa melihat om dari cctv. Ada seorang suster baik yang menelepon via cctv memberitahukan kalau aku datang dan omku melambaikan tangan seraya tersenyum ke kamera.

Dua minggu berlalu. Keadaan keluarga semua sehat, bersyukur sekali. Oya pernah di satu kesempatan, aku mengantar barang tetapi perawat khusus sedang berganti shift. Alhasil omku tiba-tiba membuka pintu besi dan sama kagetnya ketika melihat aku langsung di depan pintu. Kami bertukar barang, cukup singkat dengan hanya memberi semangat.

Menuju beberapa hari menjelang pulang, tanteku ikut mengantar barang meski hanya menunggu di mobil. Omku menelepon dan meminta tanteku datang ke taman melihat ke jendela lantai dua. Oh omku bisa terlihat dari jendela meskipun jendela tak terbuka. Mereka bicara via telepon. Cara melepas rindu yang sungguh :").

Tiba akhirnya di hari omku boleh pulang.

Salam sehat semua.

Comments

Popular posts from this blog

My life directly is directed by the Director..

Renjana.

rokok itu jahat