30harimenulissuratcinta Day - 11 "Surat Apa Adanya"

Kepada wanita yang tengah terduduk disebelah putranya,

Salam kenal bu, biarkan saya tunjukan rasa hormat saya dengan memanggil ibu. Saat itu adalah saat pertama kita bertemu. Meskipun bukan saat pertama saya mengetahui rupa ibu, terlebih tentang kegiatan ibu sehari-hari sudah banyak saya dengar dari putra ibu sendiri. Saya mohon maaf sekali kalau memang pertemuan itu bukan disaat yang tepat dan yang ibu inginkan. Saya harap memang bukan karena keadaan yang salah, tapi bagaimanapun keadaannya sifat alamiah ibu seperti itu adanya.

Pertemuan kali itu dengan ibu dan bapak memang sudah saya rencanakan dengan putra ibu. Mendengar ibu yang pendiam membuat saya ingin sekali mengajak ibu berbicara banyak karena memang saya sama sekali tidak pendiam. Mengenal ibu lebih baik, saya misikan. Saya yakin tidak ada orang yang sebegitu pendiamnya. Dengan pertanyaan dan obrolan hangat, saya harap bisa ada celotehan antara kita bu.

Percayalah bu, saya habiskan malam-malam sebelum pertemuan itu dengan berpikir keras kata apa yang harus saya lontarkan ketika bersalaman dengan ibu. Malam-malam sebelumnya pun saya habiskan untuk mencocokan pakaian yang pantas untuk bertemu dengan ibu hingga berfoto bersama. Menit-menit sebelum pertemuanpun saya habiskan bereka adegan, berdialog dengan bayangan ibu ada didepan saya.

Mohon maaf bu jika saya boleh jujur, pertemuan kemarin bukan seperti yang saya harapkan tapi sesuai dengan kenyataan. Saya terlalu gugup untuk sekedar menyebutkan nama apalagi menanyakan kabar ibu seperti yang tercatat pada skenario saya. Sebenar-benarnya ada memang ibu yang amat pendiam sampai tidak pula menanyakan nama saya. Saya maklum karena putra ibu bersaksi bahwa saat itu bukanlah saat yang ibu betah berada didalamnya dengan ulasan make up utuh diwajah, kerudung modern terhias dikepala, juga ribuan muka orang lalu lalang. Kecanggungan bukan sesuatu yang bisa dinikmati, untuk itu kemarin saya hanya sebentar berada diantara ibu, bapak, dan putra ibu dan bapak. Sesungguhnya saya tidak bisa memaafkan diri saya karena tidak bisa sedikitpun membuka obrolan.

Baiklah bu, saya tidak ingin berpanjang kata lagi. Saya memang perempuan yang dikenalkan putra ibu sebagai kasihnya. Begini saya apa adanya. Saya harap pertemuan selanjutnya bisa dikeadaan yang lebih baik. Saya akan berusaha mengalahkan kecanggungan yang ada dan mengajak ibu berbincang. Mungkin saya dan putra ibu terlalu muda untuk bermimpi masa depan, tapi beginilah kami menjalin suatu hubungan. Ibu adalah salah satu pihak yang amat saya hormati sekarang dan nanti pula dimasa depan jika memang takdirnya. Berbanggalah bu karena ibu memiliki anak seperti putra ibu, yang benar telah memenangkan rasa saya. Terima kasih bu telah berjuang mengandung putra ibu dan melahirkan hingga merawatnya menjadi sampai saat ini.

perempuan yang telah diambil hatinya oleh putra bapak dan ibu,


karunika

Comments

Popular posts from this blog

My life directly is directed by the Director..

Renjana.

rokok itu jahat